Monday, July 27, 2009

Workshop Komedi dan Resep Judy Carter 26 Hari
Komentar di Facebook untuk artikel Darminto M Sudarmo, Lawak Indonesia Mau ke Mana?, diunggah Senin, 27 Juli 2009


Mas Darminto, tentang silabus, ada info. Di appendix bukunya Melvin Helitzer, Comedy Writing Secrets (1987) terdapat 58 lembaga yang memberikan kursus komedi/humor di AS. Apa kita tak perlu menengok, mencari tahu dan mempelajari, apa yang telah mereka lakukan selama ini ? Workshop mereka itu ada yang tergabung di jurusan Komunikasi, Sastra Inggris sampai Sosiologi.

Sedang kurikulum dalam workshop untuk komedi tunggal dari Judy Carter “hanya” terdiri 26 hari kegiatan. Secara teoritis, dalam waktu kurang sebulan itu workshop mampu mencetak komedian baru, yang mampu menulis lawakan orisinal karena berdasar pengalaman hidup tiap-tiap individu mereka masing-masing dan berpentas.

Tentang isi workshop yang terkait dengan klub komedi, disebut Judy Carter sebagai kewajiban yang harus dilakukan pada hari pertama calon komedian itu. Ketika dirinya belum mendapat pembekalan ini atau itu, tetapi harus berani berpentas tunggal 3-5 menit pada dua tempat yang berbeda.

Ia dipaksa harus mandi keringat (dingin ?) dulu, dan pengalaman itu diharapkan menjadi bekal berharga dirinya untuk melangkah ke depan. Pada hari kedua, barulah teori konstruksi lelucon diberikan.Urut-urutan 26 hari kegiatan itu, bila ada minat dan waktu bisa Anda klik di : http://komedian.blogspot.com/2005/06/kiat-sukses-26-hari-menjadi-pelawak.html

Kemampuan intelektual merupakan faktor penting dalam mengapresiasi komedi telah mendorong Stevie Ray dalam bukunya Stevie Ray’s Medium-sized Book of Comedy (1999) membuat kategorisasi apa yang ia sebut sebagai piramida komedi. Urutan terbawah sampai teratasnya sebagai berikut : komedi fisik, obscenity & profanity, storyline, language, imitation, character contradiction dan satir.

Semua sajian komedi dari tiap tingkat dari tujuh tingkat piramida ini, tentu saja, layak untuk hidup guna memenuhi kebutuhan khas audiensnya masing-masing. Aksi Mr. Bean dan pantomim Milan Sladek adalah termasuk komedi fisik, tetapi karena digarap dengan kepiawaian yang tinggi, kualitasnya pun hebat.

Begitulah, obrolan kita ini ditujukan, idealnya, mencari ikhtiar bagaimana tiap-tiap tingkat dari piramid komedi tersebut lebih berkualitas daripada apa yang tersaji sekarang ini di Indonesia. Isyarat ini mungkin bisa menolong : kalau Anda mengetikkan kata “comedy” di mesin pencari Google, saya yakin yang akan dominan muncul adalah topik “comedy writing” dan bukan “comedy improvisation.”

Dari hasil ini Anda dapat tahu kira-kira apa langkah terbaik yang harus ditempuh untuk memperbaiki dunia komedi di Indonesia

bh

No comments:

Post a Comment