Wednesday, February 04, 2004

YEL SUPORTER VS POLITISI BUSUK

Bebas, bebas, bebaskan Ferry,
Bebaskan Ferry, sekarang juga !

Saya berempati saat TV menayangkan ratusan jurnalis Jakarta berdemo, meneriakkan yel-yel di atas, di bundaran Hotel Indonesia. Mereka menuntut pembebasan kameraman RCTI yang kini masih disekap GAM dan jadi komoditas tarik ulur dengan TNI di bumi Aceh sana. Saya sebagai suporter sepakbola (pemegang rekor MURI sebagai Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli) selain terbelit sedih dan haru, saya pun ikut bangga karena yel-yel para jurnalis itu diadopsi dari yel-yel suporter sepakbola.

Penghargaan itu harus memacu gairah untuk semakin terlibat. Menurut saya, suporter sepakbola Indonesia kini dapat mengambil bagian, dengan menularkan kreasi gubahan yel dan lagu, guna ikut serta mengobarkan gerakan yang bertujuan menyelamatkan bangsa dan negara dari kehancuran yang lebih parah lagi. Misalnya gerakan memerangi korupsi, gerakan antipolitisi busuk dalam Pemilu 2004 mendatang, sampai gerakan menangkal konspirasi model Orba, yaitu penetrasi lembaga intel ke daerah-daerah yang berpotensi memberangus demokrasi.

Untuk maksud di atas, kita dapat mengadopsi kreativitas suporter Liga Inggris. Mereka punya ratusan lagu, bahkan seringkali terdapat lagu yang khusus didedikasikan kepada seorang pemain. Sekadar contoh, inilah lagu suporter Manchester United yang didendangkan seirama Brown Girl in the Ring-nya Boney M. yang penuh gairah untuk mengelukan jago tembak mereka asal Belanda :

Ruud van Nistelrooy, la.. la.. la..la,
Ruud van Nistelrooy..la..la..la..la..la,
Ruud van Nistelrooy, la..la..la..la..la,
He’s Dutch, and scores a lot of goals !

Atau refrain Season In The Sun (di Indonesia dikenalkan lagi oleh Westlife) dipakai suporter MU saat itu untuk menyemangati gelandang gundul elegan, si “no hair” asli Argie (Argentina) :

We had joy, we had fun,
Juan Sebastian Veron.
He’s got style, but no hair
He’s an Argie, (and) we don’t care !


Untuk demo antikoruptor dan antipolitisi busuk, liriknya tinggal digubah secara kreatif dengan mencantumkan nama oknum hitam bersangkutan. Lalu kita nyanyikan di saat demo, jalanan, stadion, depan kantor atau rumah mereka, warung-warung, taman kampus, kafe, festival, atau bahkan di bis-bis kota (tanpa menarik bayaran). Di mana saja. Sebuah syair terkenal Amerika Latin berbunyi, “Kalau kita disuruh diam, kita tidak diam, melainkan kita mulai bernyanyi”. Ayo suporter sepakbola, juga warga Indonesia yang masih punya nurani, mari kita terus berjuang dan bernyanyi. Apalagi ketika terdengar nyaring panggilan negeri dan hati nurani !


Bambang Haryanto
Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI)
humorline@plasa.com