Mabuk Anti Facebook
Dikirimkan ke kolom Surat Pembaca Harian Kompas Jawa Tengah, 28 Juli 2009
Situs jejaring Facebook memang fenomenal. Kabar mutakhir, Birmingham City University di Inggris membuka program pascasarjana untuk kajian bidang media sosial ini. Di sini, para mahasiswa bakal diajar intensif dengan materi kuliah mengenai situs jejaring seperti Facebook, Twitter dan Bebo.
Tentu saja ikut pula dikaji beragam manfaat sampai dampak negatifnya seperti ditulis dengan judul “Candu Maya” oleh Nur Latifah Umi Satiti di Kompas Jawa Tengah (16/7/2009). Pendapatnya itu menarik untuk ditanggapi.
Ia sebut dengan istilah candu untuk menunjukkan keterlibatan penggunanya secara sangat berlebihan. Tidak proporsional. Tentu, kita tahu, semua hal yang berlebihan seringkali tidak baik. Agama pun bila menjadi candu, misalnya, dapat menghasilkan teroris berlatar belakang faham agama pula, bukan ?
Facebook menjadi fenomenal karena di sana kita berinteraksi dengan orang-orang yang asli, sebagian merupakan teman kita di dunia nyata. Termasuk teman puluhan tahun lalu yang bisa ketemuan lagi. Identitas mereka asli pula.
Facebook merupakan media yang membuka penggunanya untuk berekspresi, sesuatu yang selama selama ini sulit dilakukan karena mahal, tidak efisien, lamban, tidak interaktif, bila menggunakan media yang berbasis atom, alias kertas. Saya sendiri sebagai penulis surat dan surat pembaca sejak 1973, dan kini sebagai blogger, merasakan perbedaan besar itu.
Manfaat Facebook masih terbuka untuk dijelajah. Tetapi ketika saya ingin mendiskusikannya dengan Nur Latifah Umi Satiti secara langsung, nampaknya ia tidak memiliki akun Facebook. Di dunia maya ia pernah mengelola blog sejak 2005, lalu terbengkalai sejak tahun 2007. Saya kini jadi tahu mengapa ia condong menulis hal-hal berbau negatif tentang Facebook. Ia bukan warga Facebook.
Bambang Haryanto
Pendiri/Warga Epistoholik Indonesia
bh
No comments:
Post a Comment