Budaya Menulis Dalam Komunitas Komedi Indonesia
Komentar di Facebook untuk artikel Darminto M Sudarmo, Lawak Indonesia Mau ke Mana?, diunggah Selasa, 13 Juli 2009
Tulisan yang bertopik luas dan inspiratif. Demikian juga tulisan Indra Tranggono itu. Usul : kalau ada minat, tulisan-tulisan tersebut berpeluang dipecah secara lebih detil fokusnya, yang menurut saya lebih dari sepuluh topik.
Bagi saya, juga sering ditulis di media massa, problem utama kemandegan komedi Indonesia adalah masih saja (abadi ?) bertumpu pada sinyalemen yang selalu diungkapkan oleh Arwah Setiawan.
Dua belas tahun lalu, intelektual humor Indonesia itu dalam bukunya Humor Zaman Edan (Jakarta : Grasindo, 1997 : 379), sudah berujar : “Betapa pun pentingnya pelawak atau komediwan untuk menyukseskan suatu pertunjukan komedi, tetapi kalau pertunjukan itu tidak didasarkan pada naskah cerita yang jenaka dan rapi, pertunjukan tersebut niscaya tidak akan dinikmati oleh para pemirsa...
Keberhasilan suatu pertunjukan komedi memang bertumpu pada penulisan naskah komedi yang jenaka, rapi dan masuk akal…Untuk itu perlu diadakan lomba penulisan naskah komedi.”
Selama tidak ada upaya serius dan berkesinambungan dalam menumbuhkan budaya menulis dalam dunia komedi kita, jangan berharap akan ada perkembangan yang lebih baik bagi dunia komedi kita.
Malah saya sendiri di era merebaknya media sosial yang egaliter di Internet dewasa ini, berkesimpulan rada selfish, bahwa : komedian itu HARUS seorang blogger*. Titik. Period.
PS : *)Sayang banget, blognya Jojon Center dibiarkan terbengkalai. Makalah Anda ini belum terpajang di sana. Padahal sebaiknya, sebelum acara sudah mejeng di sana :-(. ...
Oh ya, saya juga sudah kirim email terkait upaya menindaklanjuti ikhtiar + obrolan di Jojon Center itu, demi memajukan komedi Indonesia melalui penyelenggaraan klub-klub komedi amatir di kota-kota kantong budaya di Indonesia.
bh
Monday, July 27, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment