Friday, July 31, 2009

Bapak Tak Pernah Salah


Dikirimkan ke kolom Surat Pembaca Harian Kompas Jawa Tengah, 28 Juli 2009


Di masa lalu,bangsa ini mencatat sejarah ketika Presiden Soeharto memperoleh gelar Bapak Pembangunan. Gelar “bapak” itu sering menunjukkan pemahaman bahwa yang bersangkutan berperilaku mulia, sebagai teladan, tidak pernah bersalah dan selalu kita turuti segala titahnya. Pola pikir semacam itu kiranya belum luntur dalam budaya birokrasi kita.

Sekadar contoh, seorang bupati di Jawa Tengah murka ketika memperoleh pertanyaan kritis dari wakil rakyat terkait dengan pengiriman misi kesenian ke manca negara yang ia pimpin. Alih-alih bupati itu membuka dialog secara proporsional dan profesional, dia malah berekspresi marah dengan ucapan bahwa dia adalah “bapak” dari para wakil rakyat itu.

Sekaligus mengklaim dirinya berjasa sehingga para wakil rakyat itu bisa duduk pada kursinya sekarang ini. Sedihnya lagi, para wakil rakyat itu kemudian justru terdiam karenanya.

Pola Orde Baru masih lestari di tengah kita, tatkala eksekutif merasa berhak menjadi “bapak,” bahkan bapak yang tidak pernah merasa salah, bagi legislatif. Bayangkan, betapa penyalahgunaan wewenang akan merajalela karena kontrol dari wakil rakyat begitu mudah ditelikung hanya dengan marah-marah !

Bambang Haryanto
Pendiri/Warga Epistoholik Indonesia


bh

No comments:

Post a Comment