Tuesday, August 11, 2009

FX Triyas HP, Diskusi Solo dan Menyebar Virus EI Ke Pacitan


Email ke FX Triyas Hadiprihantoro di Solo dan warga Milis EI, Rabu, 12 Agustus 2009



Dear Mas FX Triyas Hadiprihantoro di Solo dan warga Milis EI,


Salam episto ergo sum.
Semoga sehat-sehat adanya. Terima kasih untuk sms Anda, 10 Agustus 2009 pagi, terkait artikel saya berjudul “Monster Hydra, Budaya Jawa dan Terosrisme” di Solopos, 10/8/2009. Bisa di klik di : http://www.solopos.co.id/zindex_menu.asp?kodehalaman=h04&id=282826 . Atau di blog Esai Epistoholica : http://esaiei.blogspot.com.

Mas Triyas sudah dapat kopi kerangka acuan untuk acara diskusi, 19 Agustus 2009 mendatang ? Saya belum. Kalau ada kopinya, mohon bisa Anda tularkan kepada saya via email pagi ini. Kenapa pagi ini ? Inilah waktu bagi saya untuk bisa mengakses Internet secara gratis di Perpustakaan Wonogiri [“terima kasih Pak Sardjito, matur nuwun untuk mbak Dewi Werdiningsih..” ].

Tetapi yang unik, akhirnya kita sebagai warga EI (semoga) bisa tampil di depan forum, secara bersama-sama. Walau Jokowu belum secara eksplisit cerita tentang topik diskusi dengan komunitas blogger dan media socialist dari Solo itu, saya kira nilai-nilai dari kiprah kita sebagai warga EI akan secara tidak langsung atau langsung banyak tercurah di sana nantinya. Kita sebarkan virus-virus luhur EI kita ini.

Oh ya Jokowu dan Ika, yang temannya Sadrah Sumariyarso dari PasarSolo, www.pasarsolo.com, kemarin ke rumah saya. Itu kunjungan kedua. Ngobrol sebentar tentang acara diskusi itu. Tetapi ia malah belum bawa TOR-nya, walau secara garis besar ide diskusinya itu dalam rangka menumbuhkan interaksi yang serasi di tengah keragaman pluralitas dalam masyarakat (Solo), merupakan topik yang hot dan pantas dielaborasi.

Di acara itu kelak, terlintas di benak saya, saya hanya ingin cerita mengenai fenomena buntut panjangnya, the long tail, dari Chris Anderson. Kini siapa saja, dengan bakat atau karakkter yang paling esoterik (nyleneh) pun, asal tampil di Internet, akan mudah ditemukan oleh mereka yang memiliki interes terhadapnya. Untuk berhasil, untuk menjadi manusia utuh, orang harus membuka diri. Ada kredo bilang, “kalau di Facebook seseorang tidak menceritakan mimpi dan ketakutannya, ia bukan pribadi yang layak dipercaya.”

Masa kerahasiaan sudah sekarat. Walau ironisnya negara ini sampai pengusaha justru menghukum mereka yang dituduh membuka-buka rahasia mereka. Ingat kasus Prita Mulyasari dan juga Pak Khoe Seng Seng ?

Kabar lain : 13-14 Agustus 2009 ini, kalau jadi, saya mendapat anugerah untuk menularkan virus menulis surat dan juga surat pembaca, ke Pacitan. Tepatnya di desa Pakisbaru, kec Nawangan, Pacitan. Petikan isi email pemrakarsa kegiatan itu, Diana AV Sasa :

“Perkenalkan, saya Diana AV Sasa, salah satu penulis di Lembaga Riset dan Penerbitan Indonesia Buku (iboekoe). Saya mengenal Pak Bambang dari penelusuran saya mengenai epistoholik. Saya sedang tertarik untuk menuliskannya.

Kebetulan, tanggal 14 Agustus 2009 ini, kami akan meluncurkan buku himpunan surat-surat anak-anak dari puncak gunung Brengos di Pacitan untuk ibu Negara. Ibu Negara tidak tahu menahu mengenai surat itu. Buku itu diterbitkan dengan maksud sebagai pembelajaran pada masyarakat mengenai fungsi kontrol terhadap kebijakan publik melalui surat.

Untuk itu, kami ingin sekali mengundang Pak Bambang Haryanto untuk berkenan berbagi pengalaman pada masyarakat di desa itu mengenai fungsi dan kekuatan surat pembaca. Acara akan diselenggarakan pukul 13.30 WIB. Bertempat di Gelaranbuku Pakis, desa Pakisbaru, kec Nawangan, Pacitan. Jika Bapak bersedia, kami akan menjemput ke Wonogiri. Kebetulan saya pribadi pernah 5 tahun di Wonogiri. Dahulu sempat kost di Kajen, rumah Mbah Modin Iman (alm). [Info : rumah saya dengan rumah mBah Modin Iman Mustari itu hanya berjarak 70 m-BH].

Demikian, kami menunggu jawabannya segera mengingat acara sudah mendekati tanggal pelaksanaan.”

Sekian kabar-kabur dari Wonogiri. Selamat terus menulis, dengan gairah dan senang hati, guna memberikan manfaat bagi sesama. Sejahtera selalu. Salam sukses selalu.


Bambang Haryanto

beha

No comments:

Post a Comment