Placeblogger,Blogger Bekasi dan Demokratisasi
Dorongan untuk peresmian Komunitas Blogger Bekasi,17 Oktober 2009
Oleh : Bambang Haryanto
Komunitas BloWn/Blogger Wonogiri
Suara blogger terdengar. Tirai kain yang menutup kedai-kedai makanan itu sungguh mengusik saya. Kedai-kedai itu berada persis di depan gedung SMP Negeri 1 Wonogiri. Ini sekolah alma mater saya. Saya mencatat lima dari tujuh kedai makanan tempat pelajar jajan saat rehat itu berupa kain-kain besar yang mempromosikan rokok.
Pemandangan itu saya potret, juga saya tulis uneg-uneg saya tentang hal ganjil itu di blog The Morning Walker, blog yang mengupas tentang kota Wonogiri, kota tempat saya tinggal. Misi keci saya itu rupanya berhasil. Kedai-kedai makanan yang semula berada di luar komplek sekolah, ditarik masuk. Tirai-tirai kain yang memromosikan rokok juga ikut lenyap dari pemandangan. Saya sebagai seorang placeblogger merasa memiliki arti dengan keberhasilan kecil semacam ini.
Ada tahu makna dari istilah placeblogger tersebut ?
Istilah ini pertama kali saya temui ketika majalah TIME edisi 25 Desember 2006 telah mendaulat pembacanya, “You,” Anda, sebagai tokoh pilihan mereka tahun itu. Walau selama ini, utamanya ketika berkuliah dan tinggal di Jakarta, saya hanya mampu membeli majalah itu dari penjual majalah bekas.
Sejak tahun 90-an, utamanya kalau main ke depan Gedung PMI di Jalan Kramat Raya, Jakarta (“moga Pak Yono asal Sragen masih sehat-sehat dan masih jualan majalah bekas di sana”), saya ikut bersorak dalam hati atas pemilihan majalah TIME itu. Kiranya ngeblog saya sejak tahun 2003, rasanya seperti ikut pula kecipratan apresiasi dari majalah terkenal tersebut.
Placeblogger adalah blogger yang tulisannya mengupas topik daerah tempat sang blogger itu tinggal. Posisi kedepannya, menurut saya cukup penting. Anda mungkin mengamati, bahwa interaksi antar warga di daerah Anda itu selama ini kiranya lebih banyak mengandalkan pada media-media arus utama. Utamanya surat kabar. Itu pun seringkali surat kabar terbitan propinsi atau bahkan nasional.
Akibatnya, porsi pemberitaan terkait daerah bersangkutan teramat kecil. Terlebih lagi, karena kaidah nama membuat berita, maka yang sering muncul adalah kutipan-kutipan pernyataan para pejabat semata. Komunikasi model atas bawah.
Belum lagi bila wartawan di daerah itu sangat jarang mengalami rotasi. Mereka yang statis mangkal di daerah yang sama selama belasan atau puluhan tahun itu dapat diduga terancam mengalami “keausan” perspektif dalam melihat persoalan lokal.
Bahkan tidak mungkin, mereka justru menjadi bagian dari masalah karena setengah berkolusi, sehingga nasibnya terjerembab semata hanya menjadi pejabat kehumasan tak resmi dari para elit di daerah.
Membuka perspektif lain. Placeblogger adalah antidot untuk mengimbangi pola komunikasi atas-bawah yang menjadi “nyawa” utama media-media arus utama selama ini. Blog-blog yang ditulis oleh aktivis atau blogger daerah, setidaknya diharapkan mampu memunculkan perspektif lain, dari kacamata arus bawah, dalam memandang persoalan lokal yang sama.
Oleh karena itu keberadaan placeblogger, dan bahkan komunitas yang menghimpun serta memberi wadah bagi mereka untuk saling berinteraksi, seperti Komunitas Blogger Bekasi ini, merupakan langkah maju yang pantas memperoleh apresiasi.
Apalagi tren positif yang sama nampak semakin marak. Bagi saya, sungguh menggembirakan melihat betapa makin riuhnya kecenderungan para rekan-rekan blogger untuk mendirikan komunitas blogger dengan ikatan kedaerahan. Ijinkanlah, saya dari Wonogiri ini, ingin ikut serta mengompori keberadaan komunitas yang sama, di mana pun Anda berada.
Ayo para placeblogger, kini saatnya Anda semakin nyaring bersuara. Untuk ikut serta dalam membangun daerah Anda. Suara-suara kritis Anda, blog-blog Anda, sungguh merupakan pilar demi tegaknya kehidupan yang demokratis. Bukankah kita menyetujui makna ungkapan dari James Buchanan (1791-1868), presiden AS ke-15, yang menyatakan : “Saya suka gaduhnya demokrasi ?”
Blog adalah media sosial yang egaliter, dimana semua orang mampu menjadi produsen informasi. Rebbeca MacKinnon, seorang blogger dan peneliti di Universitas Harvard yang mantan wartawan CNN di Beijing dan Tokyo, memiliki pendapat menarik tentang dampak positif fenomena ini.
Menurutnya, “seseorang lebih mampu menyerap dan mengelaborasi kembali informasi secara lebih mendalam bila yang bersangkutan dilibatkan dalam diskusi mengenai materi tersebut. Bahkan mereka memiliki pemahaman lebih mendalam lagi bila dirinya mampu menuliskan opininya tentang hal bersangkutan di ruangan publik.”
Dengan demikian, semakin banyak blogger akan semakin banyak pula warga yang mampu memahami secara cerdas terkait wacana yang sedang terjadi. Hemat saya, untuk hal mulia itu maka Komunitas Blogger Bekasi harus pula memiliki agenda untuk memacu pengembangbiakan blogger-blogger baru di Bekasi.
Akhirnya, saya berbangga bisa berkenalan dan serasa mampu bahu-membahu dengan sejawat dari Komunitas Blogger Bekasi ini. Untuk berinteraksi dengan semangat saling asah-asih dan asuh guna memberi warna dan kebisingan bagi kehidupan berdemokrasi di negeri tercinta kita ini.
Bambang Haryanto
Blog Esai Epistoholica (http://esaiei.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment