MENGGOJLOK CALEG MODEL WONOGIRI
Diemailkan ke Harian Bernas, Yogyakarta, 6/4/2004
Seorang jenderal yang pernah menguatirkan Pemilu 2004 akan berdarah-darah, sokurlah keliru. Di daerah saya, di TPS 18, Kajen, Giripurwo, Wonogiri Kota , Pemilu berlangsung aman, tertib, bahkan suasananya jadi lebih bergairah saat penghitungan suara caleg DPD terjadi.
Dimotori Mas Jito, yang KPPS dan seorang guru yang jenaka, ditimpali anggota PPS dan warga Kajen lainnya, membuat caleg-caleg DPD itu kebanjiran kado, yaitu beragam nama julukan. Sumber idenya dari foto-foto diri mereka yang mengundang rangsang untuk dikomentari secara cerdas dan jenaka..
Ada caleg gondrong, berpeci, dijuluki Wiro Sableng. Tapi ia tak sakti, hanya muncul beberapa kali, lalu menghilang. Diganti tokoh Taksi Gelap, sebutan sinis untuk bekas pejabat yang sarat isu bahwa korupsinya waktu menjabat dipakai berbisnis taksi. Tokoh ini karismanya sudah jauh memudar.
Muncul kemudian tokoh yang fotonya memakai caping, memancing gojlokan sebagai Tukang Mancing. Sayang, pancingannya hanya teri saja di TPS kami. Yang mendapat suara banyak adalah tokoh kontraktor asal Semarang, yang konon royal menyumbangkan puluhan titik lampu penerangan jalan di Wonogiri dengan lampu merkuri. Ia yang pernah berkampanye di Wonogiri itu langsung dijuluki sebagai Kapten Merkuri. Ia cukup sakti, julukannya itu disebutkan berkali-kali.
Tetapi Kapten Merkuri tersebut tidak mampu menandingi tokoh tampan dan berkarisma, walau tak pernah berkampanye langsung di Wonogiri. Di fotonya, dia memang tampil paling beda : berbusana Jawa lengkap dan berblangkon-ria. Dia adalah Sri Paduka Mangkunegoro IX. Tak pelak kado nama gojlokan ala pemilih di Wonogiri untuk beliau itu muncul puluhan kali di TPS kami :
Blangkon,
Blangkon,
Blangkon,
Blangkon,
Blangkon......
Bambang Haryanto
Epistoholik Indonesia
Wednesday, April 07, 2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment